Sistem MLFF Segera Diterapkan, Seluruh Transaksi Jalan Tol Diharapkan Berbasis Digital Payment

News

Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kabarnya akan segera mengimpelementasikan teknologi transaksi tol non-tunai dan nirsentuh atau dikenal Multi Lane Free Flow (MLFF).

Penerapan teknologi MLFF ini merupakan bentuk inovasi dan transformasi digital di jalan tol dengan konsep intelligent toll road system (ITRS) yang mengacu pada Teknologi Toll Road 4.0.

Menurut Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Triono Junoasmono, Inovasi teknologi MLFF merupakan suatu terobosan layanan transaksi di Jalan Tol tanpa sentuh yang dilakukan secara otomatis melalui aplikasi smartphone bernama Cantas dengan dilengkapi sistem server based dan teknologi Global Navigation Satelit System (GNSS), sehingga data kendaraan dapat dikenali menggunakan satelit.

Saat teknologi MLFF mulai diterapkan, Trinono menjelaskan bahwa pengguna jalan tol nantinya dapat melakukan pembayaran non-tunai tanpa tap kartu, melainkan dengan cara mengunduh dan mendaftar data pribadi pada aplikasi bernama Cantas melalui gawai pintar (smartphone) yang telah terhubung internet.

Akhir tahun ini, penerapan sistem MLFF akan diaplikasikan di sejumlah Jalan Tol sebagai tahapan masa transisi. Dimana, pada tahapan ini sebagian gardu pada setiap gerbang tol masih dapat menggunakan kartu tol elektronik.

Kemudian akan dilanjutkan secara keseluruhan di seluruh jalan tol di indonesia pada akhir tahun 2023 mendatang.

Triono mengaku bahwa saat ini pihaknya tengah fokus pada tahap pengembangan aplikasi Cantas , finalisasi proses pemasangan gantry dan perangkat kamera. Dengan demikian, melalui proses tersebut harapannya semua tahapan bisa segera tuntas dan berjalan dengan baik sebelum diimplementasikan dan digunakan masyarakat secara bertahap pada bulan Desember 2022.

Sementara, perangkat yang digunakan pada transaksi nirsentuh MLFF adalah berupa Electronic On-Board Unit atau dikenal dengan E-OBU.

Dengan adanya sistem tersebut, pengguna jalan tol tidak hanya memperoleh efisiensi biaya operasi serta meminimalisir konsumsi bahan bakar kendaraan. Namun juga menambah user experience pengguna jalan tol menjadi lebih baik.

Selain memudahkan pengguna jalan tol, sistem tersebut juga dapat meningkatkan efisiensi pendapatan tol bagi Badan Usaha Jalan Tol, serta mengurangi tingkat kemacetan pada jam-jam padat.

Berdasarkan data Worldbank tahun 2019, Indonesia rugi US$4 Miliar atau sebesar Rp56 Triliun akibat kemacetan. Kemudian berdasarkan data Roatex MLFF Feasibility study tahun 2020, kerugian akibat antrian di Gerbang Tol diperkirakan mencapai US$300 Juta atau sebesar Rp4,4 Triliun per tahun.

Triono berharap pelaksanaan transaksi digital di Jalan Tol seluruhnya dapat berbasis digital payment mulai dari bayar tol, membeli makan dan keperluan di Rest Area dengan hanya menggunakan satu smartphone untuk semua transaksi.

Back to top button