Prof. Faisal, Guru Besar Teknik Sipil UGM Dilantik Jadi Kepala BMKG, Wujudkan Indonesia Miliki Ketahanan Iklim dan Ketangguhan Bencana

HeadlineNewsPersona

Pemerintah resmi melantik Prof. Ir. Teuku Faisal Fathani, S.T., M.T., Ph.D., IPU. sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Senin, 3 November 2025, di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Pelantikan ini menjadi babak baru bagi BMKG dalam memperkuat peran strategisnya menghadapi tantangan perubahan iklim dan peningkatan risiko bencana alam di Indonesia.

Sebelum dipercaya memimpin BMKG, Prof. Faisal dikenal sebagai Kepala Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus Guru Besar Teknik Sipil UGM, yang dikukuhkan pada 2017.

Ia meraih gelar doktornya pada bidang Geotechnical & Sabo Engineering di Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang, serta melanjutkan post-doctoral di Public Policy Center, The University of Iowa, Amerika Serikat.

Meski berasal dari disiplin teknik sipil, kiprah Prof. Faisal dalam bidang mitigasi dan teknologi kebencanaan telah melampaui batas keilmuan tersebut. Keahliannya mencakup geoteknik kebencanaan, hidrometeorologi, geofisika, serta manajemen risiko bencana. Ia dikenal luas atas kontribusinya dalam pengembangan sistem peringatan dini dan teknologi mitigasi yang memperkuat kesiapsiagaan Indonesia terhadap bencana alam.

Sumber Foto : maxmanroe.com

Sebagai seorang inovator, Prof. Faisal memegang enam paten teknologi di bidang pemantauan dan deteksi dini gerakan tanah dan longsor. Di antaranya meliputi alat pendeteksi infiltrasi air hujan, sistem pemantau gerakan tanah otomatis dan manual, hingga T-Shape Tiltmeter.

Berbagai teknologi temuannya tersebut telah diterapkan di 33 provinsi dan lebih dari 130 kabupaten/kota di Indonesia, bahkan di beberapa negara lain.

Dalam sambutan perdananya sebagai Kepala BMKG, Prof. Faisal menekankan pentingnya transformasi BMKG sebagai institusi yang proaktif dan menjangkau masyarakat hingga lapisan terbawah..

Menurutnya, hal ini penting agar BMKG tidak hanya menjadi pengumpul data, tetapi juga menjadi pusat aksi yang aktif melayani masyarakat.

Pasalnya, Ia menilai tantangan yang dihadapi BMKG ke depan bukan semata bersifat teknis, tetapi juga sosial terutama dalam memastikan informasi cuaca, iklim, dan gempa dapat dipahami serta dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Prof. Faisal menyampaikan bahwa BMKG harus hadir menjangkau nelayan di pesisir, petani di lereng gunung, hingga anak-anak di sekolah.

Menurutnya dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, ketahanan bangsa tidak hanya bergantung pada kemajuan teknologi, melainkan juga pada ketahanan iklim dan ketangguhan terhadap bencana.

Jadi di bawah kepemimpinannya, BMKG diharapkan mampu memperluas peran sebagai lembaga yang proaktif, adaptif, dan inklusif, sekaligus menjadi garda terdepan dalam menjaga keselamatan masyarakat melalui sains dan inovasi.

Langkah ini tidak hanya menegaskan pentingnya peran BMKG dalam kebijakan nasional, tetapi juga memperlihatkan arah baru bagi Indonesia dalam menghadapi masa depan yang semakin dipengaruhi oleh dinamika iklim global.

Back to top button