Tingkatkan Konektivitas Trans Papua, PUPR Alokasikan Rp236,55 M Bangun 29 Jembatan di Ruas Merauke-Sorong
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah membangun 29 jembatan di ruas Merauke – Sorong, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat pada tahun ini yang merupakan bagian dari proyek Jalan Trans Papua.
Pembangunan 29 jembatan ini ditujukan untuk membuka keterisolasian wilayah dan meningkatkan konektivitas antar kabupaten/kota di Papua Barat.
Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, konektivitas antar kawasan perlu terus ditingkatkan agar aliran barang, jasa, dan manusia bisa lebih lancar dan efisien. Dengan demikian, Basuki berharap konektivitas yang baik dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Papua Barat Gunadi Antariksa menyebut Jembatan sepanjang 511,5 meter ini dibangun melalui melalui enam paket pekerjaan dengan anggaran sebesar Rp236,55 milar pada TA 2022.
Gunadi menjelaskan paket pembangunan jembatan tersebut meliputi Jembatan Kampung Muri – Kwatisore (Batas Provinsi Papua) I sepanjang 90 meter dan Jembatan Kampung Muri – Kwatisore (Batas Provinsi Papua) II sepanjang 96,5 meter yang merupakan bagian pembangunan Trans Papua ruas Merauke – Sorong.
Paket pekerjaan dua jembatan ini dibangun melalui skema Multi Years Contract (MYC) tahun 2022-2024 yang terdiri dari 21 pembangunan jembatan, yakni Paket Jembatan Kampung Muri – Kwatisore I sebanyak 10 jembatan dan Paket Jembatan Kampung Muri – Kwatisore II sebanyak 11 jembatan. Sementara untuk anggarannya, Paket pembangunan dua jembatan ini telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp93,2 miliar untuk tahun 2022.
Selanjutnya paket pembangunan Jembatan Telaga I Cs sepanjang 74 meter yang dilaksanakan sejak 24 Januari 2022 sesuai kontrak dengan progres fisik saat ini 7,38%.
Paket pekerjaan Jembatan Telaga I Cs dibangun melalui skema Single Years Contract (SYC) TA 2022 dengan anggaran bersumber dari APBN senilai Rp33,2 miliar dan paket pembangunan yang terdiri dari 4 jembatan yakni Jembatan Telaga 1 sepanjang 18 meter, Jembatan Telaga 2 sepanjang 18 meter, Jembatan Telaga 3 sepanjang 18 meter, dan Jembatan Telaga 4 sepanjang 20 meter.
Kemudian paket pembangunan Jembatan Werianggi – Ambuni sepanjang 73,6 meter yang menghubungkan Kecamatan Windesi dengan Distrik Kuri Wamesa yang terdiri dari 5 pekerjaan, yakni pembangunan Jembatan Akram II sepanjang 12 meter, Jembatan Akram III sepanjang 16,6 meter, Jembatan Akram V sepanjang 15 meter, Jembatan Waro 1 sepanjang 15 meter, dan Jembatan Rival sepanjang 15 meter. Pembangunan jembatan ditargetkan mulai Juni 2022 dan selesai Desember 2022 dengan anggaran sebesar Rp33,1 miliar.
Paket pembangunan Jembatan Log Cs sepanjang 82,4 meter senilai Rp38,6 miliar yang terdiri dari 4 pekerjaan yakni pembangunan Jembatan Log 70 sepanjang 15,6 meter, Jembatan Log 75 sepanjang 20,6 meter, Jembatan Log 76 sepanjang 25,6 meter, dan Jembatan Log 77 sepanjang 20,6 meter. Pembangunan jembatan telah dimulai sejak 14 Februari 2022 sesuai kontrak dengan progres 30,87% dan ditargetkan selesai akhir 2022.
Terakhir, paket pekerjaan Jembatan Mawin I Cs sepanjang 95 meter yang terdiri dari pembangunan Jembatan Mawin I sepanjang 50 meter, Jembatan Mawin XXVII B sepanjang 20 meter, dan Jembatan Log 23 sepanjang 25 meter. Pembangunan jembatan mulai dikerjakan pada Januari dengan progres konstruksi 20,77% dan ditargetkan selesai akhir 2022.
Tidak hanya jembatan, Gunadi menyebut Kementerian PUPR juga terus melanjutkan pembangunan Jalan Trans Papua ruas Merauke – Sorong yang berada di Kabupaten Teluk Wondama seperti pembangunan Jalan Kampung Muri – Kwatisore sepanjang 8,5 km, Jalan Simpang Goro – Kampung Muri sepanjang 20,28 km, Jalan Mameh – Windesi sepanjang 9,3 km, dan Jalan Simpang Tiga Mameh – Windesi sepanjang 11 km.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di Papua ini, salah satunya adalah kondisi cuaca dan alamnya yang masih berupa hutan dengan kondisi geografi cukup berat hampir pada semua segmen. Meskipun demikian, terbukanya konektivitas di Pulau Papua terutama di daerah pegunungan akan membuka keterisolasian wilayah, menurunkan harga barang-barang, dan mengurangi kesenjangan wilayah