Capai Progress 49 Persen, Bendungan Ameroro Senilai Rp1,6 Triliun Ditargetkan Rampung 2023
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mempercepat pembangunan Bendungan Ameroro guna memperkuat pasokan air baku dan irigasi di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan data e-Monitoring Kementerian PUPR dengan status 31 Juli 2022, progres konstruksinya mencapai 49,18 persen dengan target selesai 2023.
Selain memperkuat pasokan air baku dan irigasi, adanya bendungan tersebut diharapkan mampu mendukung pengembangan industri nikel serta sektor pertanian, perikanan dan peternakan yang membutuhkan banyak air baku bersumber dari bendungan. Dengan demikian, Kabupaten Konawe Sebagai daerah penyangga Kota Kendari yang merupakan Ibu Kota Sulawesi Tenggara diperkirakan akan terus berkembang.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan bahwa pembangunan bendungan ini bertujuan untuk peningkatan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terus terjaga, penyediaan air baku, dan pengendalian banjir.
Menter Basuki menjelaskan bahwa pembangunan bendungan ini disertai dengan pembangunan jaringan irigasinya, sehingga dapat memberikan manfaat yang nyata untuk mengairi sawah-sawah milik petani
Bendungan Ameroro berkapasitas tampung 54,15 juta m3 dengan luas genangan 244,51 hektare ini berpotensi menambah layanan daerah irigasi seluas 3,363 hektare di Kabupaten Konawe. Dengan kapasitas tersebut, Suplai air irigasi dari bendungan diharapkan dapat membantu petani meningkatkan intensitas tanamnya jika dibandingkan dengan metode tadah hujan yang hanya satu kali dalam setahun.
Bendungan tipe Zonal Urugan Batu dengan Inti Tegak dengan tinggi puncak 82 meter ini juga diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan air baku sebesar 0,51 m3 per detik. Suplai tampungan air Bendungan Ameroro juga diproyeksikan untuk menyediakan air baku bagi daerah-daerah industri nikel yang berkembang di Kendari-Konawe.
Bendungan Ameroro yang membendung Sungai Lasolo Konaweha juga memiliki fungsi utama untuk mereduksi banjir di wilayah Kendari-Konawe sebesar 443 m3 per detik. Bendungan ini merupakan bagian dari pengelolaan wilayah Sungai Konaweha yang selanjutnya ditampung bendungan untuk mengurangi risiko banjir daerah hilir di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Bendungan yang mulai dikerjakan pada tahun 2020 ini menghabiskan biaya APBN sebesar Rp1,6 triliun dengan pelaksanaan pembangunan yang terbagi menjadi 2 paket pekerjaan, yakni Paket I oleh kontraktor PT Wijaya Karya-PT Sumber Cahaya Agung-PT Basuki Rahmanta Putra (KSO) dan Paket II PT Hutama Karya- PT Adhi Karya (KSO).