Pembangunan Jembatan Terpanjang di Yogyakarta Capai Progres 47,32%, Ditargetkan Tuntas Akhir Tahun Ini

HeadlineNewsTechno & Science

Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini dikabarkan tengah membangun Jembatan Pandasimo di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Pembangunan jembatan ini bertujuan untuk memperkuat konektivitas Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) DIY, mempermudah akses transportasi serta mendukung pengembangan kawasan pariwisata di selatan Yogyakarta.

Adapun untuk progres konstruksinya sendiri, pembangunan jembatan tersebut dilaporkan telah mencapai progres 47,32 persen dan ditargetkan rampung pada akhir tahun 2024 sebagaimana informasi yang dikutip dari laman Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR.

Pembangunan Jembatan Pandasimo dilaksanakan oleh PT Adhi Karya (Persero)-PT Sumber Wijaya Sakti, KSO selama 408 hari kalender dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 814 miliar.

Jembatan ini akan memiliki panjang hingga mencapai 1.900 meter yang terdiri dari jalan pendekat sepanjang 625 meter, slab on pile sepanjang 690 dan jembatan utama dengan bentang 675 meter.

Dengan panjang yang dimilikinya tersebut, Jembatan Pandasimo digadang – gadang akan menjadi jembatan terpanjang di Yogyakarta. Dan bahkan, jembatan ini akan menempati posisi ketiga sebagai jembatan paling panjang di Pulau Jawa, setelah Jembatan Suramadu di Jawa Timur dan Pasopati di Bandung, Jawa Barat.

Selain menjadi jembatan yang terpanjang, jembatan ini juga didesain menjadi salah satu fasilitas penting yang memberikan kemudahan akses bagi pengendara bermotor dan para pejalan kaki mengingat di sisi kanan dan kiri pada jalur pedestrian jembatan nantinya akan disediakan anjungan untuk para pejalan kaki yang ingin berhenti menikmati pemandangan sungai.

Kemudian menariknya lagi, jembatan ini juga didesain khusus untuk memitigasi risiko bencana gempa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Seperti diketahui, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tercatat masuk dalam daftar wilayah rawan gempa bumi di Pulau Jawa sebagaimana informasi yang dikutip dari laman news.detik.com.

Sehingga mitigasi risiko bencana gempa di DIY ini menjadi salah satu upaya penting yang patut untuk dipertimbangkan terutama dalam penyusunan rencana pembuatan jembatan tersebut.

Apalagi, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Provinsi DIY, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah-DIY, Setiawan Wibowo menjelaskan bahwa Jembatan Pandansimo dibangun di atas tanah berpasir dengan muka air tanah dangkal serta berdekatan dengan sumber gempa sesar opak yang berjarak radius kurang dari 10 km.

Dimana hal ini menyebabkan Jembatan Pandansimo memiliki kerentanan terhadap potensi likuifaksi, sehingga jembatan akan dilengkapi dengan teknologi Lead Rubber Bearing (LRB).

Apa itu teknologi Lead Rubber Bearing (LRB) ?

Lead Rubber Bearing (LRB) adalah teknologi tahan gempa yang sudah banyak digunakan pada beberapa jembatan di Indonesia.

Teknologi ini dirancang untuk mampu menyerap dan mereduksi energi gempa sehingga dapat melindungi struktur utama jembatan dari kerusakan yang berlebih.

Kemudian dengan sifatnya yang elastis, teknologi ini juga memungkinkan jembatan untuk bergerak atau bergeser jika terjadi gempa dan kemudian kembali ke posisi semula saat gempa berakhir sehingga dapat menyesuaikan diri dengan gerakan tanah dan dapat mencegah kerusakan serius pada jembatan.

Selain menggunakan teknologi LRB, jembatan ini juga akan menggunakan Corrugated Steel Plate (CSP) yang belum banyak digunakan pada jembatan di Indonesia.

Penggunaan CSP diharapkan dapat membuat struktur jembatan menjadi ringan namun tetap kuat, serta cepat dalam pemasangan sehingga relatif lebih efektif dan efisien dari segi biaya dan waktu.

Sebagai informasi, Jembatan Pandansimo akan dipercantik dengan ornamen kearifan lokal berupa ikon Gunungan dengan interpretasi Sulur Keris dan Batik Nitik sebagai gerbang penanda mandala terciptanya ruang budaya.

Kemudian jembatan ini juga akan memiliki Gapura Joglo sebagai penanda titik masuk atau keluar jembatan untuk naungan peneduh.

Back to top button