Kemajuan Pesat, Pembangunan Jembatan Pandansimo di Yogyakarta Capai Progres 83%
Progres pembangunan Jembatan Pandansimo di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan kemajuan yang sangat pesat dan semakin mendekati tahap penyelesaian.
Pembangunan jembatan yang menjadi penyambung terakhir Jalur Jalan Lintas Selatan atau JJLS di Jogja ini dilaporkan telah mencapai progres 83% dan ditargetkan rampung pada Maret 2025 mendatang.
Hal ini disampaikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Satker PJN DIY Setiawan Wibowo sebagaimana informasi yang dikutip dari laman resmi Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dalam keterangannya, Setiawan menjelaskan bahwa proyek jembatan ini dibangun menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan nilai mencapai Rp 814 miliar.
Dan untuk konstruksinya sendiri, pembangunan jembatan tersebut saat ini tengah dikerjakan oleh PT Adhi Karya (Persero) – PT Sumber Wijaya Sakti melalui kerja sama operasi (KSO) dengan jangka waktu pelaksanaan selama 408 hari kalender.
Pengerjaan dilakukan secara simultan di empat segmen yakni segmen awal hingga STA 0+615 berupa timbunan tanah dan MSE Wall.
Kemudian STA 0+615 hingga 0+800 dan STA 1+475 hingga 1+900 berupa pekerjaan slab on pile serta STA 1+475 hingga STA 1+900 berupa pekerjaan bentang utama jembatan sepanjang 675 meter.
Setelah rampung, nantinya jembatan ini akan memiliki panjang hingga mencapai 1.900 meter yang terdiri dari jalan pendekat sepanjang 625 meter, slab on pile sepanjang 690 dan jembatan utama dengan bentang 675 meter.
Setiawan menyebut pihaknya optimis dapat menyelesaikan proyek ini tepat waktu meski dihadapkan dengan tantangan cuaca ekstrem dan potensi bencana.
Seperti diketahui dalam pengerjaannya, proyek ini mengalami kendala cuaca yang menyebabkan lambatnya proses penyelesaian, khususnya di area utama yang berada di tengah sungai.
Sudah seminggu lebih area pekerjaan di tengah sungai terendam. Sehingga hal inilah yang menyebabkan pekerja tidak dapat mengakses ke area tengah sungai karena debit air Sungai Progo yang sangat tinggi.
Untuk mengatasi kendala tersebut, kontraktor proyek telah menerapkan sejumlah strategi, yaitu mengoptimalkan area yang tidak terendam menjadi jalur alternatif serta meninggikan tanggul untuk mengurangi risiko banjir.
Selain itu, desain jembatan juga telah mempertimbangkan mitigasi bencana mengingat letaknya yang berada sekitar 10 kilometer dari Sesar Opak atau daerah yang rawan akan bencana gempa.
Adapun langkah mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak dari bencana gempa yaitu melengkapi jembatan tersebut dengan teknologi mortar busa dan LRB (Lead Rubber Bearing).
Serta melakukan penambahan sebanyak 200 pondasi untuk meningkatkan keamanan jembatan dari ancaman bencana likuifaksi.
Apa itu teknologi Lead Rubber Bearing (LRB) ?
Lead Rubber Bearing (LRB) adalah teknologi tahan gempa yang sudah banyak digunakan pada beberapa jembatan di Indonesia.
Teknologi ini dirancang untuk mampu menyerap dan mereduksi energi gempa sehingga dapat melindungi struktur utama jembatan dari kerusakan yang berlebih.
Kemudian dengan sifatnya yang elastis, teknologi ini juga memungkinkan jembatan untuk bergerak atau bergeser jika terjadi gempa dan kemudian kembali ke posisi semula saat gempa berakhir sehingga dapat menyesuaikan diri dengan gerakan tanah dan dapat mencegah kerusakan serius pada jembatan.
Meski pembangunan jembatan dihadapkan dengan sejumlah kendala cuaca ekstrem dan potensi bencana gempa bumi, beberapa pekerjaan konstruksi telah diselesaikan antara lain yaitu pekerjaan fondasi, dinding CSP dan mortar busa, concrete barrier, dan pemasangan railing pedestrian.
Kemudian ada juga pekerjaan pengaspalan pada jalan pendekat yang saat ini dilaporkan sudah hampir selesai.
Melihat perkembangan yang telah tercapai sejauh ini, struktur jembatan pandansimo diharapkan sudah tersambung dan membentang di atas Sungai Progo pada Januari 2025 mendatang.
Sebagai informasi, Jembatan Pandansimo merupakan proyek strategis nasional yang akan menjadi penghubung terakhir Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Jogja sekaligus memperkuat konektivitas yang menghubungkan DIY hingga Jawa Tengah.
Jembatan ini dibangun tak hanya untuk menjadi sarana mobilitas, tetapi juga sebagai destinasi wisata.
Pasalnya, jembatan ini nantinya akan memiliki lebar 24 m yang terbagi menjadi 4 lajur kendaraan dengan separator yang akan dihiasi dengan tanaman.
Kemudian juga menghadirkan sejumlah fasilitas untuk mengakomodasi kebutuhan pejalan kaki berupa jalur pedestrian di sepanjang sisi kanan dan kiri jembatan, serta tersedianya anjungan khusus bagi pejalan kaki untuk menikmati keindahan Sungai Progo.
Bahkan tak hanya itu, potensi daya tarik wisata juga terlihat dari desain Jembatan Pandansimo yang megah.
Jembatan Pandansimo mengusungkan desain megah dengan ornamen budaya Jawa yang mengakomodir kenyamanan bagi pengguna jalan dan ruang terbuka pada pedestrian.
Desain jembatan ini juga dilengkapi dengan dua lajur pedestrian, tiga plaza di tengah jembatan, serta paving block khusus untuk orang disabilitas sehingga diharapkan dapat memberikan ruang terbuka bagi masyarakat untuk bersosialisasi.