Bamboo Dome, Tempat Jamuan Makan Siang KTT G20 Berbahan Konstruksi Bambu

News

Seluruh rangkaian kegiatan dalam puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali tengah menjadi sorotan banyak pihak baik media lokal maupun media asing dari berbagai negara.

Salah satu yang menarik perhatian adalah lokasi santap siang tamu negara KTT G20 di tempat yang indah yaitu bangunan Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Provinsi Bali.

Ruangan berbentuk dome yang terbuat dari bambu ini memiliki luas sekitar 800 meter persegi dilengkapi sebanyak 43 kursi dengan tata letak satu meja besar melingkar sehingga para pemimpin dan delegasi dapat menikmati suguhan makanan khas Indonesia bersama-sama.

Pembangunan Bamboo Dome sebagai tempat perjamuan makan siang para kepala delegasi KTT G20 ini telah melalui sejumlah pertimbangan mengingat momen makan siang merupakan salah satu pertemuan yang penting.

Dimana awalnya, lokasi makan siang akan dilangsungkan di tenda-tenda yang didirikan di halaman belakang Apurva Kempinski. Namun ide tersebut dibatalkan karena kekhawatiran kencangnya angin pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Kemudian ide berikutnya juga dibatalkan terkait mendirikan bangunan yang berbahan bata dan batu dengan pertimbangan bahwa bangunan hanya bersifat sementara dan akan dibongkar usai penyelenggaraan G20.

Setelah melalui sejumlah pertimbangan pada akhirnya diputuskan bahwa bambu menjadi bahan utama untuk lokasi bangunan makan siang yang dimana ide berlian ini muncul melihat adanya sejumlah pekerja konstruksi yang menggunakan bambu dalam sebuah proyek bangunan.

Pertimbangan pemilihan Bambu sebagai bahan utama dikarenakan bahan ini menyimpan filosofi yang sangat dalam, mudah untuk dibentuk melengkung karena sifatnya yang lentur, elastis, dan gampang beradaptasi.

Selain itu, bangunan bambu juga terkenal paling kuat terhadap guncangan gempa. Bahkan juga dinilai ramah lingkungan sehingga setelah dibongkarnya KTT G20 Bamboo Dome, bambu masih bisa digunakan kembali untuk keperluan lain.

Pemanfaatan bambu sebagai material dalam konstruksi bukan hal yang baru. Sebelumnya, bambu juga pernah digunakan dalam sejumlah pembangunan proyek infrastruktur untuk memperkuat pondasi bangunan seperti pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak dan Pembangunan Sirkuit Formula E.

Dalam pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak, Material bambu digunakan sebagai bahan konstruksi matras yang berfungsi untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar di lokasi konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak menjadi lebih kuat dan kokoh. Pasalnya, konstruksi tanggul laut yang terintegrasi dengan jalan tol ini akan dibangun di atas tanah yang sangat lunak.

Kemudian dalam pembangunan Sirkuit Formula E, Material bambu digunakan sebagai lapisan bawah sirkuit yang dibangun di atas tanah yang berlumpur atau lunak agar dapat menahan beban konstruksi sehingga tidak turun saat digunakan untuk balapan.

Pemakaian bambu sebagai material konstruksi bangunan dipercaya memiliki tingkat ketahanan yang setara dengan besi dan baja dengan catatan pembangunan dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat.

Guna memantapkan ide berlian tersebut, Elwin Mok selaku Visual Creative Consultant KTT G20 dan desainer Bamboo Dome Rubi Roesli menemui pengajar dan pakar perhitungan bambu Universitas Gajah Mada (UGM) Ashar Saputra untuk berdiskusi menentukan bentuk yang tepat, yaitu kubah setengah lingkaran atau dome.

Bamboo Dome dirancang oleh Rubi Roesli bersama dengan pengrajin bambu asal Desa Gianyar Bali. Melalui unggahannya di Instagram Story, sang arsitek memiliki beban yang cukup berat dalam membangun Bamboo Dome ini.

Back to top button