PUPR Garap Bendungan Jenelata Senilai Rp4,1 Triliun di Sulsel
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah resmi memulai proyek pembangunan Bendungan Jenelata di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dengan nilai kontrak mencapai sebesar Rp 4,1 triliun.
Pembangunan bendungan ini merupakan salah satu upaya pemerintah yang berkomitmen membangun bendungan dan embung sebagai tampungan air di berbagai wilayah Indonesia untuk mengatasi ancaman perubahan iklim (climate change), terutama menghadapi cuaca ekstrim.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengungkapkan pembangunan Jenelata bertujuan untuk mengoptimalkan pengendalian banjir di Kota Makassar yang selama ini hanya mengandalkan Bendungan Bili-Bili berkapasitas 375 juta meter kubik (m3).
Hingga akhirnya bendungan yang selesai dibangun pada tahun 1997 tersebut kini sudah tidak lagi memadai untuk menampung air sebagai pengendalian banjir ketika curah hujan besar, seperti banjir yang terjadi di Kota Makassar pada 2019 lalu, di mana dampaknya sangat terasa.
Oleh karena itu, Bendungan Jenelata akan dimanfaatkan untuk menahan luapan air Sungai Jenelata yang berhilir ke Sungai Jeneberang, sehingga diharapkan juga dapat membantu Bendungan Bili-Bili membendung hulu Sungai Jeneberang.
Selain sebagai pengendali banjir, Bendungan Jenelata nantinya juga berfungsi sebagai sumber air irigasi bagi lahan pertanian seluas 26.773 ha yang terdiri dari beberapa wilayah yakni Daerah Irigasi (D.I) Bili-Bili dengan luas 2.400 Ha, D.I. Bissua dengan luas 13.916 Ha, dan D.I. Kampili dengan luas 10.457 ha.
Tak hanya berfungsi sebagai pengendali banjir dan sumber irigasi, Bendungan Jenelata juga akan berfungsi sebagai sumber penyediaan air baku berkapasitas 6,05 m3/dt sehingga air baku Bili-Bili dan Jenelata nantinya mampu memenuhi kebutuhan air pabrik gula dan lahan tebu di Takalar, serta Intake Sungguminasa.
Kemudian Bendungan Jenelata juga akan berpotensi sebagai pembangkit listrik tenaga hidro sebesar 7 MW, pariwisata air dan kuliner.
Bendungan Jenelata yang dirancang memiliki kapasitas tampung sebesar 223,6 juta m3 ini dibangun oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) Bersama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dengan KSO CAMC Engineering Co., Ltd dari China dengan nilai kontrak mencapai sebesar Rp 4,1 triliun.
Pembangunan bendungan ini ditargetkan rampung pada 2028 mendatang dengan progres pekerjaan saat ini meliputi galian tubuh bendungan (main dam) dan area pelimpah (spillway).
Adapun untuk sumber pendanaannya, pembangunan bendungan ini bersumber dari dana pinjaman (loan) Pemerintah China dan dana APBN.