PUPR Segera Tuntaskan Proyek Jalan Trans Papua Koridor Jayapura-Oksibil Sepanjang 183 Km
Proyek pembangunan koridor Jalan Trans Papua yang belum rampung yakni Koridor Jayapura-Oksibil, Ruas Keerom-Batom sepanjang 183 km kabarnya akan segera diselesaikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) secara bertahap hingga tahun 2024 mendatang.
Adapun prioritas pembangunan Trans Papua hingga 2024 mendatang yakni diantaranya Ruas Jayapura-Wamena sebagai koridor logistik wilayah di Pegunungan, dan Koridor Manokwari-Mameh-Windesi-Kampung Muri-Kwatisore-Batas Papua.
Proyek Jalan Trans Papua yang dicanangkan sepanjang 3.462 km masih menyisakan 183 km yang belum tembus. Sepanjang 1.647 km sudah dalam kondisi teraspal yaitu 977 km di Papua, dan 670 km di Papua Barat.
Selain Jalan Trans Papua, Endra menjelaskan Kementerian PUPR juga sedang mengerjakan beberapa proyek infrastruktur di Provinsi Papua pada tahun ini yakni Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Yetekun, Jalan Akses Yetekun, Rehabilitasi 235 unit Prasarana Pendidikan, Papua Youth Creative Hub, Gedung Keuskupan Merauke, dan Jembatan Asmat.
Tak hanya di Provinsi Papua, Kementerian PUPR juga sedang mengerjakan beberapa proyek infrastruktur di Provinsi Papua Barat yaitu penanganan Kumuh Kota Sorong, pembangunan Pasar Tumburuni Kabupaten Fak Fak, Rehabilitasi 221 unit Prasarana Pendidikan dan Prasarana Air Baku di KEK Sorong dan Irigasi Bomberay di Kabupaten Fak Fak.
Selain itu, Kementerian PUPR juga membangun 29 jembatan di ruas Merauke–Sorong, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat untuk membuka keterisolasian wilayah dan meningkatkan konektivitas antar kabupaten dan kota di Papua Barat.
Pembangunan Jalan Trans-Papua termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Mengutip dokumen berjudul “Jalan di Indonesia: dari Sabang Sampai Merauke” yang dilansir dari kompas.com, Jalan Trans-Papua dibangun bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua dengan meningkatkan akses serta konektivitas antar wilayah sehingga dapat membuka daerah yang terisolasi.
Sebelum adanya jaringan jalan, koneksi antar wilayah di Papua harus mengandalkan transportasi udara yang berdampak terhadap mahalnya harga-harga kebutuhan pokok.
Pembangunan Trans-Papua diharapkan dapat mengurangi indeks kemahalan, mengurangi angka kemiskinan, dan pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia.