LEN Railway Systems (LRS) Aplikasikan Teknologi Canggih Karya Anak Bangsa Pada Proyek LRT Fase 1B Untuk Wujudkan Jakarta Sebagai Kota Global
Jakarta terus begerak maju untuk mencapai visi pembangunan 2025-2029 sebagai kota global dan pusat perekonomian yang berdaya saing, berkelanjutan, serta menyejahterakan seluruh warganya. Peringkat Jakarta dalam Global Cities Index 2025 yang dirilis oleh lembaga internasional Kearney, naik dari posisi 74 ke-71 dunia dari 158 kota. Naiknya peringkat Jakarta ini mencerminkan kemajuan daya saing ibu kota melalui kerja teknokratik dan kolaborasi masyarakat.
Menurut laporan Kearney, Jakarta unggul di dimensi business activity. Dalam hal ini, Jakarta naik tiga posisi melalui konektivitas transportasi publik (91–92 persen) dan perdagangan regional, didukung proyek MRT/LRT yang terus menunjukkan progress positif menuju penyelesaian.
Kota Jakarta telah memiliki 2 (dua) sistem LRT, yaitu LRT-JABODEBEK yang dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia dengan lintasan layanan melalui wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi. Yang kedua adalah LRT JAKARTA yang dimiliki oleh Pemeritah Provinsi DKI Jakarta, dengan pengelolaan oleh PT Jakarta Propertindo melalui anak usahanya PT LRT Jakarta, dengan rute layanan hanya didalam wilayah kota Jakarta.
LRT JAKARTA tahap pertama yang telah beroperasi penuh sejak 1 Desember 2019 adalah LRT Fase-1A sepanjang 5,8 Km. Melintasi 6 stasiun, yaitu St. Pegangsaan Dua, St. Boulevard Utara, St. Boulevard Selatan, St. Pulomas, St. Equestrian, & St. Velodrome. Dalam catatanya LRT Fase-1A ground breaking pada 22 Juni 2016.
Setelah LRT Fase 1A beroperasi, pemerintah melanjutkan pembangunan LRT Fase 1B rute Stasiun Velodrome (Jakarta Timur) – Stasiun Manggarai (Jakarta Selatan). Pelaksanaan Ground Breaking dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2023 oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Pj. Gubernur DKI Jakarta saat itu, Heru Budi Hartono, di kawasan Velodrome – Jakarta Timur.
Proyek LRT fase 1B menghubungkan Stasiun LRT Velodrome hingga Stasiun LRT Manggarai dengan Panjang jalur 6,4 km. Terdapat 5 stasiun pada proyek LRT Jakarta Phase 1B yaitu stasiun Rawamangun, Stasiun Pramuka BPKP, Stasiun Pasar Pramuka, Stasiun Matraman dan Stasiun Manggarai.
Kontraktor Pelaksanaan pembangunan lintasan LRT Fase 1B ini telah dipercayakan oleh PT Jakarta Propertindo (Perseroda) selaku pemilik (penugasan dari pemerintah Provinsi DKI Jakarta), kepada Konsorsiun Waskita Nindya LRS, yang dibentuk oleh PT. Waskita Karya (Persero) Tbk sebagai pemimpin konsorsium, bersama PT. Nindya Karya, dan PT. Len Railway Systems. Jenis kontrak dari pekerjaan ini adalah Design and Build dengan nilai mencapai Rp. 4,1 Triliun lebih.
Sebagai salah satu anggota konsorsium yang sangat strategis pada pembangunan LRT Fase 1B ini, PT Len Railway Systems (disingkat, PT.LRS) dengan lingkup pekerjaan Power Supply System, Third Rail System, Signalling System, PSD System, Scada System, Telecommunication System, dan AFC System. Satu kesatuan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. LRS ini akan menjadikan aliran listrik bisa menggerakkan rangkaian LRT setiap hari melintas di jalurnya. Melalui sistem operasi yang sepenuhnya menggunakan energi listrik, teknologi yang diterapkan sekaligus menjadikan LRT sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan.
Pekerjaan Power System oleh PT LRS yang akan dipakai pada LRT 1B ini bersumber dari gardu induk (PLN) dengan tegangan sebesar 20 KV, dan generator set (genset) sebagai cadangan. Serta dilengkapi dengan UPS (Uninterruptible Power Supply) sebagai perangkat yang menyediakan daya cadangan instan saat terjadi pemadaman listrik, serta menstabilkan tegangan listrik. Perangkat ini menggunakan baterai untuk menyimpan energi dan akan langsung menyuplai daya ke perangkat elektronik yang terhubung ketika listrik utama mati, memberi waktu untuk menyimpan data atau mematikan sistem dengan aman. Pada sistem kelistrikan ini juga akan terpasang perangkat MDP (Main Distribution Panel) atau panel distribusi utama yang berfungsi sebagai pusat pengaturan dan pendistribusian daya listrik ke berbagai sub-panel / panel-panel sekunder atau panel kontrol lainnya. UPS (uninterruptible power supply) dan genset untuk mendukung operasional fasilitas stasiun seperti lift/escalator, Gerbang Tiket Elektronik, PSD (Platform Screen Doors), sistem telekomunikasi, CCTV, Wi-Fi, penerangan, signaling system, air dan pengeras suara stasiun.
Selanjutnya supply listrik akan diteruskan ke Gardu Traksi atau Traction Power Substation (TPSS). TPSS ini berfungsi menurunkan tegangan listrik dari jaringan komersial PLN sebesar 20 ribu volt menjadi tegangan yang sesuai untuk kebutuhan kereta (Third Rail) maupun fasilitas pendukung lainnya.
Meliputi sistem persinyalan, telekomunikasi, Platform Screen Door (PSD), hingga ke bangunan pusat pengendali operasi. Penyaluran aliran listrik ini akan melalui serangkaian gelaran jaringan kabel yang akan tersusun rapih pada sisi kiri kanan rel LRT. Proses pekerjaan pemasangan seluruh jaringan kabel dilakukan oleh seluruh tenaga ahli dan pekerja PT LRS yang telah terlatih, bersertifikat dan mengutamakan keselamatan & kesehatan kerja serta ramah lingkungan.
Sebagaimana kereta LRT Jakarta Fase-1A yang sudah beroperasi menggunakan jalur rel dengan lebar 1435 mm yang dikenal dengan standard gauge. Selain itu, sistem ballastless track atau slab track , yaitu lintasan rel tanpa ballast (batuan kerikil) dan diganti dengan beton bertulang, yang cocok untuk kereta berkecepatan tinngi. Untuk menyediakan tenaga listrik dari power system kepada rangkaian kereta LRT, yang juga menjadi lingkup kerja PT LRS adalah pemasangan perangkat Third Rail (rel ketiga) di sisi lintasan sepanjang rel kereta. Melalui jaringan listrik aliran bawah utk menyalurkan listrik langsung ke kereta, energi listrik dari TPSS akan dialirkan ke Third Rail sebagai perantara yang bersifat konduktor, lalu diserap melalui perangkat khusus di bagian bawah rangkaian kereta, sehingga kereta dapat bergerak.
Bersamaan dengan pekerjaan pemasangan Third Rail yang berada di sisi lintasan, tim tenaga ahli dan pekerja PT LRS melaksanakan pekerjaan pemasangan jaringan kabel untuk sistem persinyalan. Pengoperasian kereta LRT akan sangat mengutamakan faktor keselamatan perjalanan kereta yang akan membawa penumpang dalam jumlah banyak, keandalan sistem persinyalan ini menjadi sangat penting. PT LRS telah berpengalaman lebih dari 30 tahun di sistem persinyalan kereta api konvensional maupun kereta urban (MRT, LRT dan APMS). Serta teknologi ini pun sudah di terapkan di seluruh jaringan kereta api di Indonesia dan Kawasan regional asia, seperti, Singapura, Malaysia, Bangladesh, dan Filipina.
Pentingnya sistem persinyalan dalam sebuah perjalan kereta api. Peralatan apa saja yang menjadikan adanya perjalanan kereta api yang aman dan nyaman. Pertama adalah Interlocking System, yang merupakan system penguncian, baik secara mekanik maupun elektronik yang digunakan pada sistem kereta api, untuk mengatur operasi perjalanan kereta api antar stasiun sekaligus untuk mencegah terjadinya tabrakan atar rangkaian kereta.
Kedua adalah Axle Counter (AXC) atau train detection . merupakan perangkat sensor elektronik pendeteksi keberadaan kereta dengan menghitung jumlah gandar (sumbu) kereta api yang melewati suatu segmen rel. Sistem ini bekerja dengan mendeteksi jumlah gandar yang masuk ke suatu jalur dan membandingkannya dengan jumlah gandar yang keluar; jika jumlahnya sama, jalur dianggap kosong, namun jika berbeda, system menganggap masih ada kereta di jalur tersebut. Informasi dari AXC akan masuk ke interlocking system , sehingga perjalanan kereta akan aman, bebas masalah dan efisien . Pada bagian rel juga terdapat bagian persimpangan (wesel) yang digunakan untuk mengatur perpindahan kereta antar berbagai jalur. Wessel menjadi elemen penting yang memungkinkan kereta untuk melakukan manuver. Dan untuk menggerakkan “lidah” Wesel, pada bagian lintasan rel juga akan dipasang PM (Point Machine), atau biasa disebut motor wesel dalam sistem persinyalan kereta.
Ketiga adalah Lampu Sinyal (Signaling) , yang bentuknya relatif serupa dengan “Lampu Merah/Traffic Light” yang ada di jalan raya umumnya dan biasa dikenal juga dengan istilah APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas). Lampu sinyal dalam railway system digunakan untuk memberikan tanda kapan masinis harus memberhentikan atau menjalankan kereta yg dikemudikan.
Selain itu terdapat pula peralatan yang digunakan untuk menjamin keselamatan penumpang yang berada di stasiun saat akan masuk dan keluar dari rangkaian kereta, yaitu PSD (Platform Screen Door) .Merupakan pintu tepi di peron stasiun yang berperan sebagai pengamanan antara area platfom/peron dan area rel lintasan
kereta. Dengan adanya PSD diharapkan dapat mencegah penumpang atau obyek lainnya jatuh ke area rel/lintasan , yang berpotensi menimbulkan kecelakaan.
Platform screen doors (PSD) yang terpasang pada LRT Jakarta adalah tipe half height. PSD ini bekerja sama dengan sensor RFID untuk mendeteksi kereta dan jumlah rangkaian, sehingga pintu otomatis hanya akan terbuka sesuai dengan jumlah pintu kereta yang sejajar dengan peron.
LRT sebagai sebuah trasportasi publik yang melayani penumpang dalam jumlah sangat banyak setiap harinya, memiliki peran yang sangat vital dan strategis. Oleh karenanya seluruh sistem harus dipastikan selalu terpantau, terkontrol dan dapat beroperasi maksimal. Untuk itu pada pengoperasian LRT Jakarta juga terpasang sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) untuk pemantauan real-time pasokan listrik, pengawasan dan pengoperasian sistem persinyalan, serta pengendalian perjalanan kereta dan traffic kereta secara terintegrasi. Sistem ini memungkinkan operator untuk mengontrol dan mengumpulkan data secara otomatis demi kelancaran dan keamanan operasional kereta api ringan tersebut.
Proses Monitoring SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) dari ruang Operation Control Center (OCC) LRT Jakarta digunakan untuk memantau sistem daya listrik dan infrastruktur lainnya di seluruh jalur operasi, termasuk depo. Ruang OCC dilengkapi dengan layar video-wall yang menampilkan data dari berbagai sistem, termasuk SCADA untuk pemantauan sistem kelistrikan.
Selain pentingnya perintegrasian sistem dari sisi pengoperasian rangkaian kereta, tentunya juga penting pengaturan penumpang secara terintegrasi. Dalam hal ini PT Len Railway Systems (LRS) juga akan mengerjakan sistem AFC (Automatic Fare Collection) pada proyek LRT Fase 1B (Verlodrome – Manggarai) ini. Sistem AFC (Automatic Fare Collection) pada LRT Jakarta adalah sistem pembayaran tiket otomatis yang menggunakan kombinasi gerbang elektronik, kartu elektronik (kartu perjalanan sekali jalan, kartu langganan, atau kartu multi-trip), dan mesin penjual tiket untuk memproses transaksi penumpang. Sistem ini memastikan proses pembayaran yang cepat dan efisien dengan memotong saldo penumpang secara otomatis saat tap-in dan tap- out di stasiun, serta didukung oleh sistem server yang mengelola data transaksi.
Adapun Cara kerja sistem AFC pada LRT Jakarta, yaitu diawali dengan Pembelian tiket. Penumpang membeli tiket dari vending machine di stasiun atau menggunakan kartu uang elektronik dari bank, Kartu Multi Trip (KMT), atau aplikasi seperti Link Aja dan QRIS. Selanjutnya penumpang akan Tap-in Saat memasuki stasiun, penumpang menempelkan kartunya pada reader di gerbang otomatis. Saldo kartu akan dipotong sesuai tarif perjalanan. Dan penumpang akan Tap-out, Saat keluar stasiun, penumpang kembali menempelkan kartu di gerbang yang sama. Sistem akan menghitung total biaya perjalanan berdasarkan jarak tempuh dan meng update saldo kartu jika ada selisih. Semua data transaksi dicatat oleh sistem server, termasuk pembaruan saldo dan data penumpang, untuk pengelolaan yang lebih efisien.
Atas keseluruhan lingkup pekerjaan pada pembangunan LRT Fase 1B (Velodrome – Manggarai) ini, PT Len Railway Systems (LRS) bersama tim KSO (PT Waskita Karya Tbk, PT Nindya Karya, dan PT Len Railway Systems) dalam Project LRT Jakpro Fase 1B berhasil meraih dua penghargaan bergengsi dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada Kamis, 7 November 2024, yang bertempat di Stasiun Rawamangun. Penghargaan yang diraih meliputi kategori: (1) Pembangunan Rancang Bangun Struktur Stasiun LRT Tercepat. Kategori (2) Uji Coba Kereta LRT Tercepat.





