Kementerian PU Tuntaskan Pemasangan Delapan Jembatan Bailey di Aceh Pascabencana
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menuntaskan pembangunan delapan unit jembatan Bailey di Provinsi Aceh sebagai langkah cepat pemulihan konektivitas pascabencana banjir dan tanah longsor. Pemasangan jembatan darurat tersebut dilakukan untuk memastikan kembali berfungsinya akses logistik, layanan publik, serta mobilitas masyarakat di wilayah terdampak.
Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, menyampaikan bahwa pemulihan akses darat menjadi prioritas utama pemerintah dalam penanganan pascabencana. Berdasarkan hasil pemetaan Kementerian PU, bencana hidrometeorologi yang melanda Aceh mengakibatkan terputusnya 15 jembatan pada sejumlah ruas jalan nasional.
Sebagai langkah penanganan awal, kebutuhan jembatan Bailey di Aceh ditetapkan sebanyak 18 unit. Hingga pertengahan Desember 2025, sebanyak delapan unit telah terpasang di lokasi-lokasi prioritas, sementara 10 unit lainnya masih dalam proses pemenuhan dan mobilisasi dari luar wilayah Aceh.
Sebaran pemasangan jembatan Bailey mencakup jalur-jalur strategis yang menghubungkan kawasan pesisir, dataran tengah, hingga wilayah pedalaman. Pada lintas Bireuen–Bener Meriah dan Aceh Tengah, pemasangan dilakukan di sejumlah titik, antara lain Teupin Mane, Alue Kulus, Weihni Enang-enang, Weihni Rongka, Timang Gajah, Weihni Lampahan, serta Jamur Ujung.
Sementara itu, pada jalur Aceh Tengah–Nagan Raya hingga Lhokseumawe–Jeuram, jembatan Bailey dipasang di Jembatan Krueng Beutong. Kebutuhan serupa juga terdapat di lintas Pameue–Genting Gerbang–Simpang Uning, yakni pada Jembatan Krueng Pelang, Jeurata, dan Titi Merah, serta di ruas Simpang Uning–Uwaq pada Jembatan Lenang.
Di wilayah Gayo Lues hingga Aceh Tenggara dan Kutacane, jembatan Bailey dibangun di Jembatan Lawe Penanggalan dan Lawe Mengkudu, serta pada dua titik jalan putus di ruas Blangkejeren–batas Gayo Lues/Aceh Tenggara.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Kementerian PU memobilisasi jembatan Bailey dari berbagai daerah. Sebanyak 10 unit disiapkan, masing-masing satu unit dari BPJN Riau menuju Kutacane, enam unit dari BBPJN Kalimantan Timur, dua unit dari Depo Citeureup, serta satu unit dari BPJN Jambi. Dukungan juga datang dari badan usaha milik negara (BUMN) karya, meliputi lima unit dari Adhi Karya, tiga unit dari Hutama Karya, dan satu unit dari Nindya Karya.
Salah satu progres mobilisasi yang tengah berjalan adalah pengiriman jembatan Bailey dari Balikpapan menuju Lhokseumawe. Hingga 13 Desember 2025 pagi, di gudang BBPJN Kalimantan Timur telah dipilah tiga set jembatan. Dua set diangkut menggunakan delapan truk, sementara satu set lainnya dikirim ke Pelabuhan Kariangau dengan empat truk. Di pelabuhan, rangka jembatan disusun ke dalam dua kontainer berukuran 40 kaki dan 10 kontainer 20 kaki dengan dukungan alat berat.
Selain pemasangan jembatan darurat, Kementerian PU juga mengerahkan 166 unit alat berat di berbagai lokasi di Aceh untuk mendukung penanganan darurat. Bantuan peralatan turut berasal dari sejumlah BUMN Karya, antara lain Adhi Karya, Hutama Karya, PT PP, Wijaya Karya (WIKA), Nindya Karya, Waskita Karya, dan BAP.
Kementerian PU memastikan seluruh unit teknis terus memantau proses mobilisasi dan pemasangan jembatan Bailey hingga kondisi infrastruktur kembali pulih. Jembatan dipandang sebagai urat nadi pergerakan masyarakat dan distribusi logistik yang harus segera difungsikan demi mendukung pemulihan kehidupan sosial dan ekonomi warga terdampak bencana.





