/PLN Klaim Butuh Dana Investasi Senilai Rp72 Triliun hingga 2030
Dok. ANTARA
Dok. ANTARA

PLN Klaim Butuh Dana Investasi Senilai Rp72 Triliun hingga 2030

Vice President of Financial Institution and Market Research PT PLN (Persero) Maya Rani Puspita menyatakan PLN membutuhkan investasi sekitar Rp72 triliun per tahun hingga 2030 dalam rangka mendukung proyek ketenagalistrikan.

Anggaran tersebut masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Hal itu disampaikan Maya dalam Task Force 8 T20 2022 di Jakarta, Kamis 21 Juli 2022.

Kebutuhan investasi yang besar dengan dana internal yang terbatas mendorong PLN membutuhkan dukungan pendanaan yang bersumber dari eksternal.

Dimana, dukungan pendanaan dari eksternal tersebut dapat berupa penyertaan modal negara (PMN) oleh pemerintah maupun pinjaman.

Selama ini, PLN diketahui menggunakan skema pinjaman pendanaan berupa two-step loans atau penerusan pinjaman dari pemerintah.

Menurut Maya, two-step loans merupakan suatu skema pendanaan dengan pinjaman dilakukan secara government to government (G to G) yang selanjutnya akan diteruspinjamkan oleh pemerintah ke PLN.

Sebagai informasi tambahan, two step loans dalam PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 1/ 5 /PBI/1999 disebutkan bahwa Two Step Loan adalah pinjaman yang diterima oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Lembaga Keuangan Internasional yang diteruskan kepada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat melalui Bank Indonesia, dalam rangka menunjang program Pemerintah, termasuk bantuan teknis yang terkait dengan pinjaman tersebut.

Selain menggunakan skema pinjaman pendanaan two step loans, PLN juga memiliki pinjaman dengan skema direct lending dari dalam dan luar negeri, baik dengan jaminan pemerintah maupun tanpa jaminan pemerintah. Tak hanya itu, pinjaman-pinjaman yang dilakukan PLN pun turut melalui penerbitan surat utang dalam bentuk obligasi baik dalam negeri maupun global bonds.

Dengan demikian, masifnya nilai investasi ini menuntut PLN untuk terus mengekspor berbagai skema pendanaan sehingga perseroan terus mendapatkan pinjaman dengan pricing yang sangat kompetitif.

Terlebih, bank dalam negeri memiliki kapasitas yang terbatas untuk memberikan pembiayaan mengingat harus tunduk terhadap ketentuan batas maksimum penyediaan kredit. “Penyaluran kredit ke PLN sendiri saat ini space-nya sudah sangat terbatas sehingga mau tidak mau kami harus mengeksplor pendanaan dari luar negeri,” kata Maya.

Terkait investasi, sebelumnya PLN resmi mendapatkan persetujuan suntikan dana PMN senilai Rp 10 triliun pada 2023 dari Komisi VI DPR RI. Kucuran dana PMN tersebut salah satunya akan digunakan PLN untuk membangun infrastruktur ketenagalistrikan di daerah-daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo bersyukur pengajuan PMN untuk mendanai proyek infrastruktur kelistrikan disetujui Komisi VI DPR RI. “Alhamdulillah paparan filosofis-ideologis yang kami sampaikan sebelumnya dapat diterima oleh fraksi-fraksi di Komisi VI DPR RI,” kata Darmawan.

Darmawan menjelaskan, pendanaan pembangunan infrastruktur kelistrikan merupakan kehadiran negara dalam mewujudkan keadilan sosial dan kemandirian energi. Ada 4.700 desa yang masih belum mendapatkan akses listrik PLN, 293 desa belum menikmati listrik sama sekali, dan sisanya menikmati secara mandiri.

“Dengan good corporate governance (GCG), dana PMN akan digunakan untuk pembangunan listrik di wilayah 3T serta pembangunan infrastruktur kelistrikan lainnya,” kata Darmawan.

PMN ini akan didistribusikan untuk sejumlah proyek, yakni mengoptimalkan pasokan listrik di Jawa-Madura-Bali melalui pembangunan infrastruktur dengan anggaran mencapai Rp 2 triliun. Selain itu, sebanyak Rp 4,5 triliun akan dialokasikan PLN untuk membangun transmisi yang menghubungkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) ke daerah terpencil di wilayah Kalimantan.

PLN juga menganggarkan Rp 3,5 triliun untuk membangun pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) berbasis pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM), PLTA, dan  pembangkit listrik tenaga mini gas (PLTMG) dan transmisi yang menghubungkan kelistrikan di wilayah terpencil.

Darmawan menjelaskan, saat ini infrastruktur ketenagalistrikan yang digunakan untuk melayani daerah-daerah 3T membutuhkan biaya investasi per pelanggan yang sangat tinggi. Investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 25 juta-Rp 45 juta per pelanggan. Dengan tingginya investasi tersebut, pengembangan infrastruktur kelistrikan menjadi tidak feasible.

PLN juga telah menerima kucuran PMN sejak 2020 dengan penyerapan mencapai Rp 4,7 triliun hingga triwulan pertama tahun ini. Realisasi ini mencapai 95 persen dari total dana PMN yang telah diterima oleh PLN. Selanjutnya, realisasi PMN 2021 hingga triwulan pertama tahun ini sudah terserap Rp 4 triliun atau 80 persen dari total dana PMN yang sudah diterima.

Dalam peningkatan rasio elektrifikasi dan pencapaian energi berkeadilan untuk seluruh masyarakat Indonesia, hingga tahun ini PLN sudah melakukan aksi korporasi sebesar Rp 196,8 miliar untuk meningkatkan rasio elektrifikasi.

Saat ini, PLN mencatat realisasi rasio elektrifikasi desa berlistrik secara total 99,7 persen. Namun, dari angka tersebut, masih ada desa yang dilistriki secara mandiri dan belum menikmati listrik PLN sehingga rasio elektrifikasinya menjadi 90,78 persen.