Pembangunan Bendungan Leuwikeris yang terletak di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya, Jawa Barat saat ini tengah dilakukan percepatan dan ditargetkan rampung pada tahun 2023.
Dalam percepatan ini, PT Dahana sebagai perusahaan plat merah yang bergerak di industri bahan peledak kembali dipercaya untuk terlibat dalam mempercepat pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut.
Bendungan Leuwikeris merupakan salah satu Program Strategis Nasional Bidang Sumber Daya Air yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020.
Direktur Operasi PT Dahana Bambang Agung menyampaikan pihaknya optimistis dapat memenuhi target yang diberikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) lantaran pihaknya telah mempersiapkan tim berpengalaman untuk mempercepat pembangunan proyek tersebut.
“Dengan segala pengalaman yang dimiliki oleh insan Dahana di berbagai proyek bendungan, kami optimistis dapat menyelesaikan seluruh tugas tepat waktu,” ujar Bambang Agung, Rabu (16/3/2022).
Keterlibatan PT Dahana dalam percepatan pembangunan Bendungan Leuwikeris lantaran Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berharap metode dan teknologi pengeboran dan peledakan milik Dahana bisa mempercepat proses pembangunan infrastruktur, khususnya yang dikerjakan oleh BUMN Karya, sehingga hasil pembangunan dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal itu disampaikan Menteri Basuki saat didatangi oleh jajaran direksi Dahana pada Januari lalu.
Selain itu, Basuki juga menjelaskan kerjasama antara Pemerintah dan BUMN merupakan amanah Presiden Joko Widodo, untuk mengoptimalkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), pihaknya juga akan terus mendukung perusahaan konstruksi dalam Negeri yang membutuhkan layanan peledakan untuk menggunakan jasa Dahana.
Tidak hanya terlibat dalam percepatan pembangunan Bendungan Leuwikeris , PT Dahana juga tercatat terlibat dalam percepatan pembangunan Bendungan Pamukkulu (Sulawesi Selatan), Bendungan Sadawarna Subang (Jawa Barat), Bendungan Cipanas Sumedang (Jawa Barat), Bendungan Tugu Trenggalek (Jawa Timur).
Sebagai informasi, Bendungan Leuwikeris ditargetkan mampu menampung air sebanyak 45,35 juta meter kubik untuk memberikan suplai irigasi seluas 11,216 hektare di Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, dan Cilacap sehingga diharapkan suplai air irigasi dari Bendungan Leuwikeris dapat membantu petani meningkatkan intensitas tanamnya jika dibandingkan dengan metode tadah hujan yang hanya satu kali dalam setahun.
Bendungan Leuwikeris juga memiliki manfaat lainnya yakni membantu menyediakan air baku sebesar 845 liter per detiknya, mengurangi potensi banjir hingga 450,02 meter kubik/detik.
Selain sebagai irigasi dan penyediaan air baku, Bendungan Leuwikeris juga diklaim dapat menjadi sumber potensi listrik untuk PLTA sebesar 20 megawatt (MW), serta menjadi destinasi pariwisata baru, konservasi air tanah, dan perikanan.
Dilansir dari laman resmi Kementerian PUPR, Pembangunan Bendungan Leuwikeris yang dimulai sejak 2016 ini dibagi dalam lima paket yakni Paket I dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan-PT Bahagia Bangun Nusa (KSO) untuk konstruksi tubuh bendungan utama (main dam) dan fasilitas umum senilai Rp867 miliar.
Paket II oleh PT Waskita Karya – PT Adhi Karya (KSO) untuk pembangunan pelimpah (spillway), hidromekanikal dan elektrikal, bangunan pengelak, jalan akses, saluran U-dith senilai Rp461,8 miliar.
Paket III dikerjakan oleh PT Hutama Karya untuk pekerjaan terowongan pengelak (tunnel divertion) dan pembangunan jalan akses senilai Rp385,2 miliar.
Paket IV yakni pekerjaan plugging terowongan pengelak, pembetonan spillway, dan pekerjaaan electrical serta hydromechanical, instrumentasi, jalan akses, beserta peralatan penunjang operasi dan pemelirahaan senilai Rp804,3 miliar oleh PT Waskita Karya – PT Hutama Karya- PT Basuki Rahmanta Putra (KSO).
Paket V dikerjakan oleh PT Waskita Karya – PT Adhi Karya (KSO) berupa terowongan pengelak, bangunan pengambilan, hidronekanikal, dan Jembatan Cikembang senilai Rp289,7 miliar. Sedangkan konsultan pengawasan oleh PT Virama Karya dan PT Catur Bina Guna Persada KSO sebesar Rp 49,8 miliar serta penyedia jasa supervisi lanjutan oleh PT Sarana Bhuana Jaya – PT Virama Karya – PT Rencana Ciptakan Mandiri (KSO) senilai Rp 6,9 miliar.