/Jalan Berkelok Tol Cisumdawu Tuai Kritik, Ahli Teknik Sipil Beri Penjelasan

Jalan Berkelok Tol Cisumdawu Tuai Kritik, Ahli Teknik Sipil Beri Penjelasan

Sebuah cuitan di situs jejaring sosial media Twitter yang memperlihatkan gambar jalan tol Cisumdawu dengan jalan berkelok tengah menjadi sorotan dan ramai diperbincangkan oleh banyak warganet.

Pasalnya, Cuitan dalam unggahan foto yang dibagikan oleh akun Twitter @Biskota_ tersebut mengatakan bahwa biaya bangun jembatan lebih murah dari pembebasan lahan. Kemudian unggahan ini pun diikuti dengan memperlihatkan adanya garis lurus berwarna merah yang terdapat pada gambar jalan tol untuk menunjukkan jika jalan tol tersebut dibuat lurus kemungkinan akan lebih hemat pembiayaannya.

Jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) adalah sebuah jalan tol Trans Jawa dengan panjang 62,60 kilometer yang menghubungkan daerah Bandung, Sumedang, dan Majalengka.

Hingga pukul 16.40 WIB, Rabu (25/5/2022), unggahan tersebut telah disukai 16.600 kali dengan 2.191 retweet dan mendapatkan komentar beragam dari warganet.

Unggahan ini pun tidak hanya mendapatkan komentar beragam dari warganet, Namun juga mendapatkan tanggapan dari beberapa ahli teknik sipil. Salah satunya adalah Guru Besar Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada bernama Siti Malkhamah.

Terkait unggahan tersebut, Siti menjelaskan bahwa gambar tersebut merupakan sambungan jalan tol Cisumdawu yang dibuat dengan jalan yang tidak lurus karena adanya pemukiman warga.

Dilansir dari media Kompas.com, Siti menyebut jalan tol tersebut dibuat berbelok untuk menghubungkan berbagai permukiman dan lain-lain. Sehingga hubungan sosial tetap terjaga dengan baik seperti sebelum jalan tol dibangun.

Selain itu, menurutnya pembangunan jalan baik tol, alteri, dan arteri non-bebas hambatan tidak boleh memiliki jalan lurus yang terlalu panjang atau maksimal dapat ditempuh 2,5 menit.

Hal ini perlu diperhatikan demi menjamin keselamatan dan menjaga pengemudi untuk tidak mengantuk saat melewati jalan tersebut. Sehingga, Jalan yang berkelok dapat membuat pengemudi menjadi lebih fokus dalam mengemudikan kendaraannya.

Kendati begitu, pemilihan jalan yang berkelok perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan seperti kondisi medan jalan maupun pertimbangan teknis teknologi yang sulit atau bahkan untuk menghindari biaya yang mahal.

Sehingga trase jalan alinyemen horisontal (kapan lurus, kapan belok) dirancang untuk memenuhi aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi.

Walaupun jalan yang dibangun secara berkelok dirancang sedemikian rupa untuk menjamin keselamatan pengendara yang melintas.

Faktor keselamatan lainnya yang juga penting dilakukan adalah memperhitungkan kecepatan maksimum kendaraan ketika melintasi belokan tersebut.

Maka dari, tak jarang ketika di belokan jalan terdapat rambu-rambu yang memperingatkan pengguna jalan mengenai batas maksimum kecepatan kendaraan saat melaju melewati belokan tersebut.

Seperti diketahui, posisi menikung membuat penggendara akan merasakan sensasi seolah-olah terlempar ditambah lagi jika tidak diimbangi dengan gaya gesekan kendaraan dengan jalan maka akan membahayakan terutama saat hujan yang dimana gaya gesekan akan berkurang.

Oleh sebab itu, pengendara kendaraan harus mengikuti rambu dan marka ketika melintasi belokan jalan, termasuk rambu tentang batas kecepatan.